Etologi Khusus
Etologi
berasal dari
bahasa Yunani: ἦθος, etos, "karakter", dan-λογία,-logia, "studi tentang". Jadi
Etologi merupakan studi ilmiah dan
obyektif mengenai perilaku hewan, dan merupakan subtopik dari zoologi. Fokus dari etologi yaitu pada perilaku hewan dalam
kondisi alam dan sebagai lawan dari behaviorisme yang berfokus pada studi respon perilaku dalam pengaturan laboratorium.
Setiap makhluk hidup akan melakukan
interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali mereka dilahirkan. Untuk
tetap eksis setiap makhluk hidup harus mampu melakukan adaptasi, baik pada
tingkatan populasi maupun komunitas pada suatu biosfer.
Apabila kita melakukan eksplorasi
terhadap beberapa macam interaksi makhluk hidup, banyak contoh telah di
kemukakan para peniliti pada bidang perilaku hewan. Suatu spesies hewan mampu
berinteraksi dengan lingkungan, hewan tersebut dapat berkomunikasi, bergerak,
berinteraksi secara social dan mencari makanan. Kajian perilaku hewan merupakan
salah satu aspek biologi yang telah lama di teliti, bahkan dapat dikatakan
sebagai kajian yang paling tua. Dalam ilmu yang mempelajari perilaku, banyak
peneliti menggunakan hewan percobaan dibandingkan tumbuhan.
Kajian perilaku dari hewan dapat
dijadikan suatu “kunci” untuk memahami evolusi dan fungsi ekologi dari hewan
tersebut. Robinowitz (1980) yang mempelajari perilaku macan tutul jaguar.
Setelah memonitor beberapa individu menggunakan radio transmitter, disimpulkan
bahwa jaguar merupakan hewan soliter, dan hanya melakukan kontak dengan
sesamanya hanya saat musim kawin. Walaupun demikian, jaguar jantan turut
berperan dalam memelihara anaknya. Selain itu, terdapat pula beberapa penemuan
mengennai perilaku kawin, menvari makan, ddan berbagai aspek evolusi serta
peran ekologi jaguar tersebut.
Kajian perilaku hewan pada dasarnya
mempelajari bagaiman hewan-hewan berperilaku di lingkungannya dan setelah para
ahli melakukan interpretasi, diketahui bahwa perilaku merupakan hasil dari
suatu penyebab atau suatu “proximate cause”.
Ahli perilaku yang pernah menerima
hadiah nobel adalah Konrad Lorenz, Niko Tinbergen dan Karl Von Frisch.
Percobaan yang dilakukan Tinbergen dan Lorenz membuktikan perilaku “innate”
(bawaan) dan bentuk perilaku yang didapatkan karena melalui suatu proses
belajar yang sederhana.
Tinbergen melakukan percobaan dengan
menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah lingkaran bunga pinus,
kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping sarangnya. Ternyata tawon
tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah
lingkaran bunga pinus diganti dngan lingkaran batu tanpa sarang, dan
disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran batu, bukan ke sarang di
tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat
menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan
belajar untuk mangenal sesuatu.
Dengan memahami penyebab perilaku, kita dapat lebih mengerti peran ekologi dan bagaimana hewan menghadapi seleksi alam serta bagaimana perilaku dapat meningkatkan kebugarannya (fitness), bidang ini juga dikeal dengan istilah Ekologi Perilaku.
A. Perilaku Sebagai Akibat dari Pengaruh Genetis dan Faktor
Lingkungan
Bagaimana seseorang dapat bermain
piano dengan baik? Hal ini dapat saja terjadi karena baiknnya koordinasi jari
dan kemampuan memainkan instrument tersebut. Tetapi pertanyaan yang kemudian
muncul adalah kemapuan tersebut diturunkan atau cukup dipelajari dan dilatih?
Seringkali suatu perilaku hewan
terjadi kareena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau “innate
behavior”), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat
disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi
perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada
suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau
pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari
berbagai hasil kajian, diketahui baha terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh
keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu
perkembangan sifat.
1. Innate
Merupakan perilaku atau suatu
potensi terjadinya perilaku yang telah ada di dalam suatu individu. Perilakua
yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara tepat atau pasti. Perilaku
ini tidak perlu adanya pengalaman atau memerlukan proses belajar dan sering
kali terjadi pada saat baru lahir dan perilaku ini bersifat genetis
(diturunkan).
2. Insting
Insting adalah perilaku “innate”
klasik yang sulit dijelaskan, walaupun demikian, terdapat beberapa perilaku
insting yang merupakan hasil pengalaman, belajar dan adapula yang merupakan
factor keturunan. Semua makhluk hidup memiliki beberapa insting dasar.
3. Pola Aksi Tetap (FAP= Fixed Action Paterns)
FAP adalah suatu perilaku
stereotipik yang disebabkan adanya stimulus yang spesifik. Contohnya saat anak
burung baru menetas akan selalu membuka mulutnya, kemudian induknya akan
menaruh makanan didalam mulut anak burung tersebut. Contoh lainnya adalah anak
bebek yang baru menetas akan masuk kedalam air. Perilaku ini telah
“diprogramkan sebelumnya”, dengan kata lain, tidak diperlukan proses belajar.
Induk burung tidak perlu belajar memberikan makanan kepada anaknya yang beru
menetas, ana bebek tidak perlu belajar berenang. Contoh lainnya seperti riyual
perkawinan, mempertontonkan keindahan (kejantanan) untuk menguasai suatu area
(teritori). Dan anda dapat memikirkan perlakuan lain yang merupakan FAP.
B. Perilaku Akibat Proses Belajar
Proses belajar seringkali diidentifikasi
sebagai suatu upaya untuk mendapatkan informasi dari adanya interaksi, atau
perilaku yang memang telah ada pada organism (hewan) dan cenderung memberikan
pengertian dari suatu upaya coba-coba. Kita ketahui bahwa perilaku di pengaruhi
factor genetik, sehingga organism (hewan) dapat memiliki hubungan dengan
individu lain, dan juga dapat berhubungan dengan lingkungan. Sebagai contoh,
kelulus hidupan dari suatu spesies karena mampu berkembang biak, tetapi dalam
proses tersebut terlibat pula seleksi alamiah yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kehidupan organisme (hewan) tersebut.
Kisaran Belajar dari yang Sederhana Hingga Kompleks
Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku yang
merupakan hasil dari pengalaman. Table 5.1 dibawah ini menunjukkan berbagai
bentuk dari belajar yang menghasilkan jenis-jenis perilaku.
Tipe Belajar
|
Karakteristik
|
Habituasi
|
Hilang atau timbulnya respons kepada stimulus
setelah pengulangan suatu perlakuan
|
Imprinting
|
Pada kehidupan hewan, belajar yang tidak dapat
diulang dan terbatas pada suatu periode keritis tertentu, sering kali
dihasilkan dengan adanya hubungan kuat antara induk dan keturunannya
|
Asosiasi
|
Perubahan perilaku yang diakibatkan dari suatu
hubungan antara satu perilaku dengan system hukuman dan hadiah; dalam hal ini
termasuk kondisi klasik dan belajar dengan mencoba-coba (trial and error)
|
Imitasi
|
Perilaku yang diakibatkan karena adanya proses
pengamatan dan meniru individu lain
|
Inovasi
|
Perilaku yang timbul dan berkembang karena terjadi
respons terhadap suatu keadaan yang baru, tanpa mencoba-coba atau imitasi;
dikatakan juga sebagai problem solving
|
1. Habituasi (habituation)
Habitasi adalah suatu bentuk belajar
yang paling sederhana, akan terjadi jika stimulus yang tidak berbahaya didapat
oleh organisme (hewan) secra berulang-ulang, setelah terjadi stimulus tersebut
maka organisme (hewan) akan mengabaikannya. Habitusi akan dihasilkan setelah
organisme (hewan) belajar, sehingga akan kehilangan respons bila stimulus
dilakukan berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya.
Contoh perilaku ini misalnya anda
menyentuh atau memukul secara perlahan seekor anjing pada bagian belakangnya
(ekor), maka ia akan menoleh ke belakang, bila anda memukul dengan berulang
kali, maka anjing tersebut tidak akan menghiraukannya atau tidak akan menoleh.
Akakn tetapi hal menarik akan terjadi bila anda memukul perlahan dibagian lain,
atau anda memukl perlahan setelah beberapa hari, anjing akan memberikan respons
kembali. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa respons dasar pada prinsipnnya
tidak hilang, tetapi untuk sementara waktu termodifikasi karena belajar.
2. Imprinting
Adalah suatu pengenalan terhadap
satu objek seperti induk, hal tersebut terjadi pada suatu periode kritis sesaat
setelah lahir. Contohnya sekelompok angsa yang baru lahir anda beri makan atau
angsa-angsa tersebut melihat suatu objek yang memberinya makan, maka anak-anak
angsa tersebut akan menganggap anda atau objek tersebut sebagai induknya dan
akan terus mengikuti anda atau objek. Walaupun anak-anak angsa tersebut melihat
induknya yang benar, mereka akan mengabaikannya dan terus menganggap bahwa
objek atau anda adalah induknya. Conto tersebut adalah hasil percobaan Konrad
Lorenz yang mendapatkan hadiah Nobel karena kajian tersebut.
Perilaku imprinting dan FAP akan terjadi
pada makhluk hidup walaupun stimulus yang diterimanya bukanlah yang alamiah.
Misalnya induk burung akan memberi makan pada boneka anak burung yang membuka
mulut pada sarangnya. Anak-anak angsa akan mengikuti boneka angsa dewasa yang
diberi makan di belakangnya.
3. Asosiasi atau Pengkondisian (Associative Learning)
Definisi asosiasi atau pengkondisian
adalah perilaku yang disebabkan oleh suatu hasil dari suatu respons terhadap
kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi tersebut diketahui atau tidak. Kondisi
penyebab prilaku tersebut dikatakan pula sebagai stimulus. Respons adalah
sesuatu yang di produksi atau dihasilkan karena adanya stimulus. Perilaku ini
dapat dibagi menjadi:
A. Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning) atau
Perilaku Asosiatif.
Contoh yang paling banyak digunakan
adalah hasil percobaan Ivan Pavlov (ahli fisiologi perilaku dari Rusia) yang
menggunakan bel untuk anjing. Bila bel berbunyi, anjing tersebut diberi makan,
sebelum menyantap makanannya, anjing tersebut mengeluarkan saliva. Beberapa
saat setelah itu, walaupun tidak ada makanan, sesaat setelah mendengar bunyi
bel yang sama, anjing tersebut tetap mengeluarkan salivanya.
B. Pengkondisian Operant (Operant Conditioning)
Perilaku ini lebih merupakn hasil
kondisi yang disebut mencoba-coba atau “trial and error”. Semakin dekat
individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus positif, maka induvidu
tersebut akan semakin mudah mengulang keberhasilan respon yang dilakukan.
Perilaku ini termasuk dalam melatih seekor hewan. Dapat juga terjadi pada
seekor hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan energinya untuk
mendaptkan makanan. Perilaku ini sering kali dijumpai pula pada hewan yang
tidak akan mengulangi perbuatannya karena ternyata perbuuatan tersebut dapat
membahayakan dirinya.
4. Imitasi
Berbagai jenis hewan dapat melakukan
perilaku sebagai akibat dari pengamatan dan meniru hewan lainnya. Perilaku tipe
ini banyak dipelajari pada burung, akan tetapi perilaku imitasi terbatas oleh
suatu periode kritis tertentu. Banyak hewan predator, termasuk kucing, anjing
dan serigala kelihatannya belajar dasar taktik berburu dengan mengamati dan
menirukan induknya. Pada beberapa kasus, factor genetis dan mencoba-coba dalam
tipe belajar ini memegang peran penting.
5. Inovasi atau “Problem Solving” atau “Insight Learning”
Inovasi atau disebut juga
“reasoning” adalah suatu kemampuan untuk merespons sesuatu terhadap keadaan
baru dan dilakukan dengan tepat. Perilaku tipe ini terjadi pada proses belajar
dan merupakan perilaku yang memiliki kualitas tinggi pada organisme (hewan).
Perilaku ini berhubungan dengan kemampuan organisme (hewan) untuk melakukan
pendekatan terhadap suatu situasi yang baru dan dapat menyelesaikan masalah
yang terjadi. Intinya, setiap organisme (hewan dan juga manusia) dapat memiliki
perilaku tertentu atau bertindak untuk melakukan sesuatu dengan alasan tertentu
atau berfikir. Subjek dari inovasi adalah penyelesaian masalah, sehingga tipe
perilaku ini sering pula diberi istilah “problem solving”.
C. Perilaku Merupakan Refleksi Evolusi
Dari penjelasan sebelum ini, dapat
dikatakan bahwa perilaku adalah suatu adaptasi evolusi yang menyebabkan
terjadinya suatu peningkatan kelulus hidupan dan kesuksesan reproduksi serta
kebugaran. Walau demikian, perilaku juga merupakan suatu hasil pengaturan dari
hewan terhadap lingkungan dengan cara seleksi alam. Pada bagian berikut, kita
akan membahas peran ekologi dari suatu perilaku hewan sehingga dapat hidup
sukses di lingkungan.
1. Ritme Biologi
Banyak jenis hewan mamalia seperti
kelelawar, harimau dan bangsa kucing kurang aktif pada siang hari dan makan
saat matahari tenggelam atau aktif malam hari. Akan tetapi, banyak jenis burung
tidur pada malam hari dan banyak melakukan aktivitas pada siang hari. Pola
hidup yang berulang-ulang setiap hari, seperti siklus tidur atau bangun pada
makhluk hidup disebut Ritme Sikardian (Cycardian Rythms). Pada tanaman dan juga
makhluk hidup lainnya, ritme biologi dikatakan juga dengan istilah Jam Biologi.
Penyebab eksternal, khususnya siklus cahaya dapat mengatur waktu, membuat tubuh
memiliki koordinasi ritme dengan ketat. Selain factor lamanya organisme
didedahkan pada periode terang gelap tertentu, temperature juga berperan dalam
ritme biologi.
Kepentingan mempelajari ritme
biologi, waktu dan petunjuk serta faktor yang menyebabkannya sudah banyak
dilakukan peneliti karena erat kaitannya dengan waktu kerja efisien, serta
kemampuan dalam berfikir serta dalam membuat keputusan. Para pekerja malam,
atau mereka yang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang dari satu benua
kebenua lain yang melintasi beberapa zona waktu yang berbeda, dapat menyebabkan
keletihan, hingga mengurangi kemampuan bekerja, bahlan dapat menyebabkan
depresi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya gangguan pada ritme biologi
internal.
2. Mekanisme Bergerak
Hewan dan tumbuhan atau organ dari
suatu organisme tersebut memiliki cara khusus saat melakukan pergerakan. Telah
dikehaui bahwa terjadinya pergerakan khusus karena adanya aksi atau stimulus
sehingga suatu organisme bergerak, yaitu:
- Kinetis
Kinetis adalah suatu perubahan acak
(random) dalam kecepatan dan atau arah dari suatu organisme sebagai respons
terhadap stimulus. Misalnya adanya pergerakan karena terjadinya kondisi
lingkungan yang tidak sesuai. Seperti beberapa kumbang yang sangat aktif di
daerah kering dan kurang aktif di daerah lembab.
- Taksis
Taksis sangat spesifik, berhubungan
langsung sebagai akibat adanya suatu stimulus. Pergerakan organisme
(keseluruhan) dapat kea rah stimulus maupun menjauhi stimulus. Misalnya larva
lalat rumah akan bergerak menjauhi arah cahaya (fototaksis negative), perilaku
ini kemungkinan terjadi karena larva tersebut dapat berlindung dari musuh
alaminya. Banyak tumbuhan melakukan pergerakan ini karena adanya stimulus
cahaya (foto), arus (rheo), angin, gravitasi, air dan lain-lain.
- Kelompok (Group)
Pergerakan secara berkelompok yang
terjadi pada banyak hewan dikenal dengan istilah migrasi. Hal ini, biasanya
dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca atau musim, dan lebih khusus lagi
perilaku ini berpengaruh untuk mendapatkan sumber makanan, daerah atau tempat
untuk kawin, dan lain-lain.
Migrasi banyak terjadi pada berbagai
jenis burung, serangga, seperti beberapa jenis kupu-kupu, berbagai jenis ikan
dan mamalia lain. Pada dasarnya hewan melakukan migrasi karena telah mengenali
daerah perjalanan mereka, dan hal ini dilakukan dengan adnya “piloting”,
orientasi dan navigasi. Hewan dapat melakukan migrasi dengan adanya pengenalan
suatu cara di atas atau kombinasi dari ketiganya.
3. Komunikasi
Komunikasi pada umumnya terjadi
diantara sesama spesies, misalnya untuk mengenali pasangan kawin. Pada
hewan-hewan social komunikasi dilakukan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui koloninya. Komunikasi dapat pula terjadi untuk menghndari bahaya.
Komunikasi dapat terjadi melalui
perantara senyawa kimia menggunakan Feromon, yaitu senyawa kimia yang
disekresikan keluar tubuh organisme dan dapat dikenali (melalui bau, dimakan,
dan lain-lain) oleh sesama spesies dan akan berguna untuk berbagai
kehidupannya, misalnya untuk kawin, tempat berkumpul (agregasi), menemukan
makanan, mengenali koloni, adanya bahaya, dan lain-lain.
Selian itu, komunikasi juga terjadi
secara visual, hal ini banyak terjadi pada saat sesama spesies mengenali
pasangan kawinnya atau saat mempertahankan daerah teritori. Komunikasi dengan
suara (auditory communication) sangat banyak dilakukan oleh hewan, misalnya
untuk mengetahui derah teritori, untuk mengenali sesame spesies dan digunakan
untuk mengetahui sumber makanan dan untuk melakukan perkawinan, hingga untuk
menginformasikan adanya bahaya. Sebagai contoh yang telah banyak ditelaah
adalah adanya suatu hipotesis tarian lebah sebagai alat komunikasi untuk
mengetahui sumber makanan.
4. Perilaku Sosial (Sicial Behavior)
Secara umum didefinisikan bahwa
perilaku sosial adalah segala macam dari interaksi diantara sesama spesies yang
melibatkan antara dua atau lebih individu organisme (umumnya hewan). Hal ini
didasari adanya perilaku individu yang dilakukan karena perilaku individu itu
sendiri dan perilaku dari kelompok (grup). Perilaku sosial dapat pula terjadi
karena interaksi anggota dari berlainan spesies. Adanya perilaku sosial sebagai
akibat dari kompetisi sering terjadi dalam dunia hewan, misalnya untuk
memperebutkan sumber makanan, dan lain-lain.
5. Agonistik
Perilaku agonistik adalah perilaku
agresif yang pada dasarnya dilakukan untuk dapat lulus hidup (survival).
Perilaku agonistik ini pada umumnya merupakan ritual, memperlihatkan kekuatan,
dan keindahan (dapat berupa suara, tubuh dan lain-lain). Sering kali terjadi
pula perkelahian yang tidak mematikan, walaupun pada beberapa spesies
perkelahian dapat terjadi hingga terjadi kematian.
Perilaku agonistik terjadi pula
untuk menarik pasangan kawinnya, banyak jenis burung jantan melakukan hal
tersebut dengan mengeluarkan suara yang indah dan khusus, adapula yang
melakuakan tarian dan mempertontonkan keindahan tubuhnya untuk menarik
pasangannya.
Banyak hewan sosial yang melakukan
kelangsungan hidupnya dengan memelihara adanya perilaku agonistik. Misalnya
berbagai jenis ayam, apabila beberapa anak ayam yang tidak saling mengenali
ditempati bersama, mereka akan melakukan respons dengan melakukan perkelahian
kecil dengan saling mematuk. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
konflik, pada akhirnya akan akan terjadi suatu hirarkki (dominasi hirarki),
misalnya yang lebih tua akan mengontrol yang lainnya.
6. Teritori
Perilaku untuk mempertahankan
daerahnya atau tteritori merupakan suatu
usaha organisme (hewan) untuk mempertahankan adanya tempat sumber makanan,
tempat untuk aktifitas reproduksi dan kesuksesan dalam memelihara anak atau
keturunannya. Perilaku tersebut biasanya dipertahankan melalui berbagai cara
komunikasi dan perilaku lainnya. Walaupun tidak semua spesies hewan memilki
teritori tertentu, dan tidak selalu seleksi alam dapat memberikan adanya daerah
teritori yang tepat bagi suatu jenis hewan.
7. Altruistik
Perilaku altruistik atau altruisme
kelihatannya merupakan perilaku yang sering dikatakan sebagai “perilaku non
egois”, perilaku ini banyak dilakuakan oleh hewan-hewan yang berkoloni. Individu
yang melakuakan perilaku ini tidak mendapatkan keuntungan, bahkan dapat
mematikan dirinya, akan tetapi perilaku ini akan memberikan keuntungan bagi
kelompoknya atau koloninya, sehingga terjadi peningkatan kebugaran dari koloni
terssebut.
0 komentar:
Posting Komentar