Minggu, 20 April 2014
Jumat, 11 April 2014
Badan Mikro
Posted by Unknown
On 01.00
| 1 comment
Siklus Glikosilat
Siklus Glikosilat
Letak Peroksisom Pada Sel
Peroksisom
Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Glioksisom Pada Badan Mikro
Kamis, 10 April 2014
Badan Mikro
Posted by Unknown
On 22.41
| No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel merupakan suatu unit biologi
terkecil yang mempunyai sifat metabolisme, pertumbuhan, reproduksi dan
organisasi. Setiap sel berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan
mengubah lingkungannya, membentuk organisme multiselular dengan struktur dan
fungsi yang khas. Ada empat konsep pokok tentang sel yang kita kenal, pertama
bahwa sel adalah satuan struktur makhluk hidup, kedua bahwa sel adalah satuan
fungsi makhluk hidup, ketiga bahwa sel yang baru berasal dari sel yang telah
ada sebelumnya, dan yang keempat bahwa sel mengandung zat pembawa sifat
keturunan yang akan diwariskan oleh sel induk kepada sel anaknya pada waktu
pembelahan sel. Istilah sel pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke pada
tahun 1665, kemudian pada tahun 1831 Robert Brown menemukan adanya benda bulat
yang dia namakan nucleus.
Sedangkan istilah protoplasma
pertama kali dikemukakan oleh Purkinje pada athun 1839 yang berarti cairan
hidup. Adanya kemajuan teknologi menyebabkan struktur-struktur lain yang ada di
dalam sel menjadi terungkap. Tahun 1952 James Watson dan Francis Crick
mengungkapkan bahwa pembawa sifat keturunan itu adalah molekul DNA.Secara umum
sel terdiri dari bagian yang bersifat hidup yaitu protoplasma dan bagian-bagian
yang mati. Yang termasuk bagian-bagian yang mati adalah vakuola dan dinding
sel, sedangkan bagian-bagian yang hidup yaitu sitoplasma dengan organelnya dan
inti sel. Salah satu organel sel tersebut adalah peroksisom.
Senin, 24 Maret 2014
ETOLOGI KHUSUS (MAIN)
Posted by Unknown
On 03.24
| No comments
Etologi Khusus
Etologi
berasal dari
bahasa Yunani: ἦθος, etos, "karakter", dan-λογία,-logia, "studi tentang". Jadi
Etologi merupakan studi ilmiah dan
obyektif mengenai perilaku hewan, dan merupakan subtopik dari zoologi. Fokus dari etologi yaitu pada perilaku hewan dalam
kondisi alam dan sebagai lawan dari behaviorisme yang berfokus pada studi respon perilaku dalam pengaturan laboratorium.
Setiap makhluk hidup akan melakukan
interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali mereka dilahirkan. Untuk
tetap eksis setiap makhluk hidup harus mampu melakukan adaptasi, baik pada
tingkatan populasi maupun komunitas pada suatu biosfer.
Apabila kita melakukan eksplorasi
terhadap beberapa macam interaksi makhluk hidup, banyak contoh telah di
kemukakan para peniliti pada bidang perilaku hewan. Suatu spesies hewan mampu
berinteraksi dengan lingkungan, hewan tersebut dapat berkomunikasi, bergerak,
berinteraksi secara social dan mencari makanan. Kajian perilaku hewan merupakan
salah satu aspek biologi yang telah lama di teliti, bahkan dapat dikatakan
sebagai kajian yang paling tua. Dalam ilmu yang mempelajari perilaku, banyak
peneliti menggunakan hewan percobaan dibandingkan tumbuhan.
Kajian perilaku dari hewan dapat
dijadikan suatu “kunci” untuk memahami evolusi dan fungsi ekologi dari hewan
tersebut. Robinowitz (1980) yang mempelajari perilaku macan tutul jaguar.
Setelah memonitor beberapa individu menggunakan radio transmitter, disimpulkan
bahwa jaguar merupakan hewan soliter, dan hanya melakukan kontak dengan
sesamanya hanya saat musim kawin. Walaupun demikian, jaguar jantan turut
berperan dalam memelihara anaknya. Selain itu, terdapat pula beberapa penemuan
mengennai perilaku kawin, menvari makan, ddan berbagai aspek evolusi serta
peran ekologi jaguar tersebut.
Kajian perilaku hewan pada dasarnya
mempelajari bagaiman hewan-hewan berperilaku di lingkungannya dan setelah para
ahli melakukan interpretasi, diketahui bahwa perilaku merupakan hasil dari
suatu penyebab atau suatu “proximate cause”.
Ahli perilaku yang pernah menerima
hadiah nobel adalah Konrad Lorenz, Niko Tinbergen dan Karl Von Frisch.
Percobaan yang dilakukan Tinbergen dan Lorenz membuktikan perilaku “innate”
(bawaan) dan bentuk perilaku yang didapatkan karena melalui suatu proses
belajar yang sederhana.
Tinbergen melakukan percobaan dengan
menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah lingkaran bunga pinus,
kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping sarangnya. Ternyata tawon
tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah
lingkaran bunga pinus diganti dngan lingkaran batu tanpa sarang, dan
disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran batu, bukan ke sarang di
tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat
menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan
belajar untuk mangenal sesuatu.
Langganan:
Postingan (Atom)